Ini adalah kisah
ibu mertua saya. Dulu sewaktu kedua anaknya masih kecil, dengan kondisi
keuangan yang terbatas, ibu mengandalkan semua keahliannya untuk menyambung hidup.
Bapak sebagai tulang punggung keluarga telah berpulang. Meski tak mengeluh, anak-anak pernah melihat ibu yang diam-diam menangis saat menganyam daun nipah
menjadi atap rumah untuk dijual. Ibu tekun membuat atap daun, meski harganya tak seberapa. Itu pun kadang laku,
kadang tidak.
Ibu beruntung masih bisa hidup nyaman di rumah yang cukup luas peninggalan kakek. Halaman
ditumbuhi pohon kelapa, mangga, sukun, dan
pisang. Bila musim panen, ibu menjual sebagian hasil kebun. Baru
sisanya untuk dimakan sendiri.