Jumat, 30 Desember 2016

Umroh untuk Ibu

Tak terasa, hanya dalam hitungan jam, kita akan meninggalkan 2016. Sejenak menengok ke belakang, sebuah duka tertoreh di tahun 2016. Di hari ke 25 bulan Januari, saya kehilangan ibunda tercinta. Kesedihan mendalam mengguncang saya yang saat itu sedang hamil enam bulan.

Mei 2016, anggota keluarga kami bertambah. Bayi laki-laki bernama Ahmad Fatih Al-Fawwaz mengobati rasa kehilangan saya. Selanjutnya, kehidupan seakan berwarna lagi. Hari-hari berputar cepat. Mengurusi dua anak dan seorang bayi sangat menguras tenaga dan air mata. Untungnya suami selalu siaga, siap membantu kapan saja. Maklum, kami tak memiliki asisten rumah tangga.

Meski masih terjebak dalam urusan domesik yang nggak jauh-jauh dari anak dan rumah, saya pun punya keinginan yang kuat untuk tahun 2017 kelak. Dengan menuliskannya di sini, saya berharap keinginan tersebut bisa terwujud.

Sekarang saya hanya punya satu ibu, yaitu ibu mertua. Satu-satunya orang yang doanya mustajab tanpa ijab untuk suami saya. Tentunya juga berpengaruh untuk saya sekeluarga juga. Di tahun 2017, saya ingin sekali memberangkatkan ibu umroh ke tanah suci. Supaya aman dan nyaman, umrohnya bareng anaknya. Siapa lagi kalau bukan suami saya J

Saya terus berdoa sambil membayangkan ibu dan suami berangkat umroh di tahun 2007. Terserah bulan apa saja, tidak masalah. Hanya saja, masalahnya keterbatasan dana yang kami miliki saat ini. Kalaupun harus menjual perhiasan emas yang ada, rasanya masih belum cukup juga untuk umroh berdua. Apalagi keluarga kecil kami masih memiliki tanggungan cicilan rumah. Ups… jadi ketahuan deh, masih punya utang.

Ibadah umroh ini menurut saya sangat mendesak, mumpung ibu masih sehat. Sebenarnya, ya nggak sehat-sehat amat. Ibu punya penyakit lambung akut, dan pengapuran tulang lutut sehingga tidak bisa jalan kaki terlalu jauh dan lama.

Setiap malam saya berdoa, semoga ibu mertua panjang umur, sehat, dan diberi kesempatan ibadah umroh bersama putra semata wayangnya. Syukur-syukur bisa mengantarkan ibu menunaikan ibadah haji. Agak pesimis juga, soalnya sekarang antrean ibadah haji regular yang mendaftar di Departemen Agama adalah 27 tahun. Apa ibu bisa menunggu selama itu? Sedangkan usia ibu sekarang sudah 60-an.

Saya yakin, tidak ada yang tidak mungkin. Selama Alloh izinkan, semua pasti dimudahkan. Saya memilihi fokus umroh dulu. Semoga Alloh memudahkan langkah ibu dan suami beribadah umroh di tahun 2017. Amiiin.
Menurut hadis Nabi Muhammad SAW,
Ibadah umroh dari satu umroh ke ibadah umroh yang berikutnya merupakan penghapus dosa”
Foto dipinjam dari http://harfawisata.com/

Saya makin mantap. Semoga niat mulia ini diijabah Alloh, dimudahkan dan diberi jalan selebar-lebarnya. Umroh ini akan menjadi kado terindah untuk ibu mertua. Saya sadar, semua kesenangan dan perhiasan di dunia yang kami persembahkan untuk ibu tak akan mampu membalas jasa ibu.

Bagaimana untuk ibu kandung saya yang telah wafat, apakah saya melupakan beliau? Tentu saja tidak. Doa-doa selalu tercurah untuk ibunda di alam kubur. Ibuku sayang, saya adalah amal jariah ibu. Selama saya hidup dan bermanfaat untuk sesama, maka itu adalah aliran pahala untuk ibu yang tiada putus.

Semoga Alloh menjadikan kita semua sebagai anak yang sholeh. Dan menjadikan anak-anak kita sebagai anak-anak yang sholeh juga. Amiiin. Dan yang terakhir, semoga Alloh memudahkan rencana umroh ini. Yuk, bantu saya meng-aminkan bareng-bareng. Terima kasih.

“Postingan ini diikutsertakan dalam Ina Tanaya Third Giveaway: Resolusiku Tahun 2017”
#InaTanayaThirdGiveaway

Tidak ada komentar:

Posting Komentar